Sabtu, 10 Maret 2012

Buku Terbaru: Dalam Sebuah Surau Selalu Penuh Kisah Religius dan Inspiratif

Buku Dalam Sebuah Surau Ada Mahar Untuk Mu Dalam Sebuah Surau Selalu Penuh Kisah Religius dan Inspiratif Buku Dalam Sebuah Surau Ada Mahar Untuk Mu Judul : DI SEBUAH SURAU ADA MAHAR UNTUK MU Penulis : Ady Azzumar, dkk Penyunting : TINTA Media Design cover : Anonim Desain Layout Isi : Anonim Cover color : laminasi matt ap230 Tebal Halaman : + 450 halaman cet. 1, 2011 : 13,5 x 20cm Penerbit : TINTA Media Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang DI SEBUAH SURAU ADA MAHAR UNTUK MU (Novelet: Ady Azzumar) “Semua kembali pada Abah, bila menurut Abah dan Ibu ini terbaik buat Nissa, Nissa setuju saja Abah” airmata pun tumpah membasahi ke dua pipi wajah Nissa. “Hanya satu Abah yang ingin Nissa tanyakan pada calon suami Nissa. Mahar apa yang ia berikan buat Nissa?” Semua terdiam. Ayah Nissa pun kaget dan tidak akan berpikir sejauh apa yang akan ditanyakan barusan oleh anaknya. Suasana menjadi hening. “Aku bersedia hijrah dari Katolik menuju Islam, dan Syahadatku ini nantinya yang akan menjadi mahar untukmu” hatinya tegetar hebat ketika apa yang barusan diucapkan, pilihan bijak atau sebuah hidayah menghantarkan Zandy berkata sedemikan. …. Surau Di Ujung Sepi Karya: IRFAN FAUZI. Hanya kayu rapuh yang menyanggamu puing berayap menjadi atapmu kala hujan datang basah kuyup menggenangi suasanamu. Namun dalam kedamaianmu lah akan tercipta kehidupan. Saat kening tersentuh lantai dinginmu, betapa sejuk jiwa dan hati bersamamu. Kau peneduh dalam gersang kehidupan. Ketika ufuk barat mewarnai langitnya dengan lembayung kuning dan dawai waktu bersenandung menggelincirkan hitungan detik menuju senja. Di saat itulah engkau akan menebarkan Asma Tuhan, lantunan adzan menggema dari arahmu. Menjelajahi relung hati bagi jiwa manusia untuk tunduk dalam dekapan rahmat Illahi. Di bawah gemericik kasih sayangNya, kau naungi segenap telapak diri yang pasrah pada Illahi. Dalam pekat malam, saat cahaya rembulan menerangi jubah Mihgrobmu hanya secercah redup dari kuningnya lentera yang tergantung di berandamu, kau senantiasa menghidupkan hitamnya malam. Terkadang simponi dengkuran burung menghias di atapmu Melagukan dzikir keanggunan malam. Namun sejalan bergantinya pagi menuju siang, bersanding sore menyusul malam, berganti pula hari dan bulan. Kini tak setapak pun langkah kaki sempat bertandang menuju lantai naunganmu debu pun semakin akrab menyusun lekuk kayu rapuh penutup punggungmu. Kini kau sendiri, sepi ketika kau lantunkan adzan sunyi saat kau menyeru Asma Tuhan. Lelahnya hawa senja menjauhkan telapak yang akan mengetuk pintumu, malam yang dingin pun jemu menelantarkan lenggangnya berandanmu dari kening yang bersujud. Dan ketika timur datang membawa cahaya kehidupan kau lantunkan panggilan Tuhan dengan kesendirian. Hanya embun dingin yang tunduk jatuh ke bumi, hanya kabut pagi yang bersemi memuji kebesaran Illahi. Sedang kau tersisih sepi dari tangan-tangan yang menengadah menghadap Illahi Endorsemen : “Kisah-kisah manis yang membuktikan bahwa cinta ada karena intervensi Illahi.” (Nessa Kartika – Singapura, Penulis Favorit UNSA 2011) Pengantar Penerbit MASJID Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Quran. Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas. itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya ”tempat bersujud.”[1] Jika dikaitkan dengan bumi ini, masjid bukan hanya sekadar tempat sujud dan sarana penyucian. Di sini kata masjid juga tidak lagi hanya berarti bangunan tempat shalat, atau bahkan bertayamum sebagai cara bersuci pengganti wudu tetapi kata masjid di sini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah Swt. Dengan demikian, masjid menjadi pangkal tempat Muslim bertolak, sekaligus pelabuhan tempatnya bersauh.Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen, maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah, dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya.Membaca kumpulan cerita pendek dan puisi yang termaktub dalam buku “DI Sebuah Surau, Ada Mahar Untuk Mu”, membuktikan bahwa generasi penulis saat ini masih banyak yang perduli akan bacaan terhadap nilai-nilai moral agama. Bertema masjid, surau, langgar atau musholah, teringat dengan sebuah judul Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Robohnya Surau Kami adalah sebuah kumpulan cerpen sosio-religi karya A.A. Navis. Cerpen ini pertama kali terbit pada tahun 1956, yang menceritakan dialog Tuhan dengan Haji Saleh, seorang warga Negara Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah. Cerpen ini dipandang sebagai salah satu karya monumental dalam dunia sastra Indonesia. Begitupun dengan kumpulan puisi di dalam buku ini, teringat kembali akan puisinya Karya Taufik Ismail yang berjudul Mencari Sebuah Mesjid: Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang tiang-tiangnya pepohonan di hutan fondasinya batu karang dan pualam pilihan atapnya menjulang tempat tersangkutnya awan dan kubahnya tembus pandang, berkilauan digosok topan kutub utara dan selatan Aku rindu dan mengembara mencarinya Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan dihiasi dengan ukiran kaligrafi Quran dengan warna platina dan keemasan berbentuk daun-daunan sangat beraturan serta sarang lebah demikian geometriknya ranting dan tunas jalin berjalin bergaris-garis gambar putaran angin Aku rindu dan mengembara mencarinya Aku diberitahu tentang masjid yang menara-menaranya menyentuh lapisan ozon dan menyeru azan tak habis-habisnya membuat lingkaran mengikat pinggang dunia kemudian nadanya yang lepas-lepas disulam malaikat menjadi renda-renda benang emas yang memperindah ratusan juta sajadah di setiap rumah tempatnya singgah Aku rindu dan mengembara mencarinya Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang letaknya di mana bila waktu azan lohor engkau masuk ke dalamnya engkau berjalan sampai waktu asar tak bisa kau capai saf pertama sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu bershalatlah di mana saja di lantai masjid ini, yang luas luar biasa Aku rindu dan mengembara mencarinya Aku diberitahu tentang ruangan di sisi mihrabnya yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnya di bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian yang menyimpan cahaya matahari kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturan ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu yang berguna di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta terletak di sebelah menyebelah mihrab masjid kita Aku rindu dan mengembara mencarinya Aku diberitahu tentang masjid yang beranda dan ruang dalamnya tempat orang-orang bersila bersama dan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian dan kalau pun ada pertikaian bisalah itu diuraikan dalam simpul persaudaraan yang sejati dalam hangat sajadah yang itu juga terbentang di sebuah masjid yang mana Tumpas aku dalam rindu Mengembara mencarinya Di manakah dia gerangan letaknya ? Pada suatu hari aku mengikuti matahari ketika di puncak tergelincir dia sempat lewat seperempat kuadran turun ke barat dan terdengar merdunya azan di pegunungan dan aku pun melayangkan pandangan mencari masjid itu ke kiri dan ke kanan ketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungan dia berkata : “Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan” dia menunjuk ke tanah ladang itu dan di atas lahan pertanian dia bentangkan secarik tikar pandan kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran airnya bening dan dingin mengalir beraturan tanpa kata dia berwudhu duluan aku pun di bawah air itu menampungkan tangan ketika kuusap mukaku, kali ketiga secara perlahan hangat air terasa, bukan dingin kiranya demikianlah air pancuran bercampur dengan air mataku yang bercucuran Jeddah 1990. Indah bukan? Begitupun dengan puisi-puisi yang tergabung dalam buku ini. Seni puisi atau sajak, di satu pihak harus mampu mengajak seseorang beriman,mengagungkan Tuhan,dan di lain pihak ia harus mampu mengasimilasi sifat-sifat Tuhan seperti Asmaul-Husna (99 sifat Allah) dalam diri manusia seperti ccinta kasih, penyayang, dan lain sebagainya, yang mampu membawa kedamaian bagi umat manusia. Penyair berkarya menciptakan puisi untuk menyesuaikan diri secara lebih baik dengan tata ciptaan-Nya. Dapat dinyatakan bahwa konsepsi estetik manusia-penyair berpangkal tolak dri tiga dimensi: religiusitas, personal-individual, dan mengungkap persoalan sosial. Akhir kata, kami hadirkan buku ini, semoga dapat menjadi makna berharga, menjadi salah satu manifestasi dari indahnya berkarya. Selamat menikmati dan menemukan maknanya. TINTA Media. 2011 [1] Oleh Dr. M. Quraish Shihab, M.A.

1 komentar:

  1. assalamu'alaikum kak...
    saya Nurhidayatika, saya baru tau kalo di buku Di Sebuah Surau, Ada mahar untuk Mu ada salah satu puisi saya yg di terbitkan..
    saya ingin membeli buku tersebut kak..
    saya cari di Grame*** udah tidak ada stok lagi..
    apa bisa saya pesan lewat kakak??
    mohon infonya kak..
    syukron.. :)

    BalasHapus